Notification

×

Iklan

Iklan

Menulis Sejak Dini: Kunci Membentuk Generasi MI/SD Yang Kritis dan Kreatif

19 November 2025 | November 19, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-11-19T07:54:49Z
lintas6.com, Ponorogo - Keterampilan menulis sangat penting untuk dilatih kepada anak sejak dini. Kemampuan menulis pada jenjang Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Sekolah Dasar (SD) tidak hanya sebagai salah satu kompetensi berbahasa, tetapi merupakan fondasi fundamental bagi pengembangan cara berpikir anak.

Pada usia sekolah dasar, struktur kognitif sedang berada pada tahap membangun hubungan logis, menata informasi, dan memahami dunia di sekitarnya. Menulis sejak dini merupakan wahana yang efektif untuk melatih kemampuan tersebut. 

Menulis adalah aktivitas kreatif yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan potensinya, Data Asesmen Nasional (Kemendikbud, 2023) menunjukkan bahwa lebih dari separuh peserta didik MI/SD masih berada pada kategori literasi rendah, khususnya terletak pada aspek pemahaman dan pengelolaan informasi. Penyebabnya diantaranya kesenjangan dalam akses, minat baca, fasilitas dan lingkungan. Kondisi ini menegaskan bahwa keterampilan menulis perlu ditempatkan sebagai intervensi inti dalam pembelajaran literasi di tahap pendidikan dasar.

Menulis merupakan suatu proses yang menuntut anak untuk mengelola gagasan, memilih kata yang tepat, serta mengembangkan alur penalaran secara runtut. Proses ini memberikan kontribusi langsung terhadap pembentukan kemampuan berpikir kritis. 

Penelitian UNESCO (2022) mencatat bahwa kegiatan menulis rutin pada peserta didik sekolah dasar mampu meningkatkan kemampuan analitis hingga 27%. Peningkatan ini terjadi karena menulis membantu peserta didik menghubungkan sebab dan akibat, membandingkan informasi, serta menyusun argumen sederhana berdasarkan pemahaman mereka sendiri. 

Menulis tidak hanya sekadar aktivitas mekanis, tetapi merupakan strategi pedagogis yang dapat membangun dasar logika dan refleksi pada anak usia MI/SD.

Menulis juga berperan penting dalam menstimulasi kreativitas. Menulis kreatif berkontribusi pada peningkatan kemampuan berpikir kritis, ekspresi diri, dan apresiasi terhadap karya sastra. 

Dengan menulis cerita pendek, membuat buku mini, atau menyusun narasi berdasarkan gambar, peserta didik belajar mengembangkan alur cerita, menciptakan tokoh, serta menggabungkan pengalaman personal dengan imajinasi. 

Proses kreatif ini memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk membangun identitas diri dan mengembangkan kemampuan berekspresi secara orisinal dan membutuhkan kompetensi dalam menghadapi dinamika era digital.

Kegiatan menulis sejak dini dapat meningkatkan rasa percaya diri peserta didik. Menulis dapat menuangkan kata-kata dalam kertas dengan penuh ekspresi agar dapat mengenali pikiran, mengorganisasi gagasan, dan memahami dirinya lebih mendalam. 

Dengan menulis, mereka akan memproses pengalaman, emosi, dan pengetahuan menjadi bentuk komunikasi tulis yang bermakna. Proses ini tidak hanya dapat menemukan “suara” pribadi, tetapi dapat mendorong keberanian dalam mengungkapkan perasaan yang sulit diungkapkan dengan lisan.

 Menulis dapat mengekspresikan hal-hal yang bersifat kompleks. Dengan tulisan, peserta didik dapat menyalurkan perasaan kecewa, gembira, takut, atau bangga tanpa ada rasa takut untuk mencoba. Kemampuan ini penting bagi peserta didik yang cenderung pendiam, pemalu, atau memiliki hambatan komunikasi verbal. Tulisan bisa menjadi jembatan dalam menghubungkan pikiran internal dengan dunia luar sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam proses komunikasi lisan yang terkadang sepenuhnya belum percaya diri.

Manfaat menulis dapat dirasakan secara optimal, diperlukan perubahan pendekatan dalam pembelajaran di kelas MI/SD. Pembelajaran menulis tidak hanya pada aktivitas menyalin atau menjawab pertanyaan saja, tetapi perlu bergeser ke model yang lebih autentik, bermakna, dan berpusat pada peserta didik. Kurikulum Merdeka sebenarnya telah memberikan kesempatan untuk pembelajaran berbasis proses, kreativitas, dan refleksi. Tugas pendidik adalah mengelola kesempatan tersebut menjadi pengalaman menulis yang menyenangkan dan menantang, seperti penulisan jurnal, proyek menulis tematik, pembuatan majalah kelas, dan kegiatan menulis terintegrasi dengan mata pelajaran lain.

Apresiasi yang diberikan kepada tulisan peserta didik berupa pujian, publikasi di mading kelas, pameran karya, maupun umpan balik positif dari guru. Tujuannya agar mampu menumbuhkan rasa percaya diri yang kuat. Dengan menghargai karya peserta didik, maka akan semakin besar keinginan mereka untuk menulis dan mengungkapkan idenya. Kemampuan menulis akan berkembang menjadi sarana penguatan diri, membangun keberanian dalam diri, ketegasan, dan kemampuan refleksi kritis.

Menulis sejak dini menjadi investasi jangka panjang yang berpotensi besar membentuk generasi pembelajar yang kritis, kreatif, dan adaptif. Pada abad ke-21, kemampuan untuk mengolah informasi, menyusun argumen, serta mengekspresikan gagasan secara jelas telah menjadi kebutuhan utama. Menulis sebagai budaya belajar di MI/SD bukan hanya sebuah pilihan, melainkan sebuah keharusan strategis untuk menciptakan generasi yang tidak sekadar mampu menghafal, tetapi juga mampu berpikir dan mencipta secara mandiri.

Penulis: Dr. Lilis Sumaryanti, M.Pd. Dosen Prodi PGMI Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Ponorogo. 
Editor: Nur A.
close